Memahami Dampak Antropologis Smartwatch melalui Pemikiran Simondon
Pertanyaan sederhana yang patut kita ajukan pada diri sendiri adalah: kebiasaan apa saja yang berubah setelah kita mulai menggunakan smartwatch? Mengapa kita begitu patuh dan percaya bahwa kehidupan kita akan menjadi lebih baik dengan bantuan perangkat ini? Lebih jauh lagi, produk dan layanan apa saja yang kita konsumsi untuk mengikuti saran-saran yang diberikan oleh sebuah mesin yang kita pasang sendiri dan yang terus menempel di tubuh kita?
Pemikiran Gilbert Simondon sangat relevan dalam memahami dampak antropologis dari teknologi interaktif baru seperti smartwatch. Simondon, yang dikenal dengan konsep individuasi, menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana teknologi memengaruhi identitas dan pengalaman manusia. Dalam kerangka konsep individuasi, Simondon menjelaskan bagaimana teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat eksternal, tetapi juga berperan dalam proses pembentukan identitas individu dan masyarakat.
Sebagai seorang filsuf yang belajar teknik di École Polytechnique, École Normale Supérieure Saint-Cloud di Paris, dan Technische Universität di Darmstadt, Simondon mengembangkan prinsip generatif ontologi yang menekankan bahwa teknologi seperti smartwatch memiliki dampak lebih dari sekadar fungsionalitasnya. Teknologi ini mempengaruhi cara kita memandang diri sendiri, interaksi kita dengan orang lain, dan cara kita memahami dunia di sekitar kita.
Dengan demikian, menggunakan pemikiran Simondon, kita dapat lebih kritis dalam mengevaluasi peran smartwatch dalam kehidupan kita. Tidak hanya sebagai alat praktis, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam kebiasaan, nilai, dan pandangan hidup kita sehari-hari.
Simondon dan Pengaruhnya pada Pemikiran Teknologi
Dalam beberapa dekade terakhir, Gilbert Simondon sering digambarkan sebagai “filsuf teknologi” yang memperluas dan memperbarui interpretasi dari pemikir seperti Jean-Hugues Barthe dan Miguel de Beistegui. Karya-karya Simondon telah memengaruhi berbagai bidang studi, mulai dari jaringan saraf, seni media digital, analisis fenomenologis hubungan manusia-komputer, hingga teknologi telepon pintar.
Simondon dikenal dengan dua konsep utama dalam pemikirannya: transduksi dan individuasi. Individuasi, menurut Simondon, adalah pemahaman bahwa sebuah benda—meskipun kita golongkan sebagai benda mati seperti jam tangan yang melingkar di pergelangan kita—sebenarnya juga “hidup” dan berinteraksi dengan penggunanya. Konsep ini mengusulkan bahwa benda-benda teknologi, seperti smartwatch, tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga ikut membentuk budaya dan pola interaksi masyarakat.
Konsep-konsep ini sangat berpengaruh dalam bidang filsafat, dengan beberapa peneliti menyatakan bahwa pemikiran Simondon mengenai transduksi dan individuasi telah merevolusi pemikiran sistemik barat. Konsep-konsep ini membentuk tradisi intelektual yang kita warisi hingga saat ini, terutama dalam memahami peran teknologi dalam kehidupan manusia.
Transduksi dan individuasi memungkinkan perspektif baru tentang bagaimana artefak teknologi, seperti smartwatch, tidak hanya sekadar alat pasif, tetapi juga entitas yang berperan dalam proses kognitif dan transformasi budaya. Dengan demikian, konsep-konsep ini membantu kita memahami bagaimana teknologi tidak hanya mengubah cara kita bekerja atau berkomunikasi, tetapi juga mempengaruhi cara kita berpikir, berperilaku, dan membentuk identitas kita sebagai individu dan masyarakat.